Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Generasi Milenial Awal di Pekerjaan

Tulisan ini sebenarnya untuk mengetahui apa yang saya rasakan sebagai Generasi Milenial awal. Atau generasi Y Awal. Baiklah, untuk awalnya adalah seperti ini. Saya lahir di Tahun 1981, dimana kalau beberapa dari sumber data termasuk di dalamnya wikipedia indonesia mengatakan bahwa generasi Milenial lahir di tahun 1981 sampai dengan awal tahun 2000. Mengapa dikatakan awal, karena masih banyak terpengaruh dengan generasi X dan Baby Boomers. Baru ada TV Swasta di tahun 1990 an awal, mall baru ada di tahun 1990 awal juga, dan Internet baru hadir dan digunakan di tahun 1999. Juga mengalami masa Kerusuhan tahun 1998. Apa yang terjadi ketika masuk di dunia kerja pada saat awal. 1. Saya sangat patuh dengan pimpinan saya, dan tempat dimana saya bekerja 2. Saya bisa berbeda pendapat dengan pimpinan saya, namun saya tidak bisa mengekspresikan secara terbuka melalui emosi dan wajah saya. 3. Saya tidak berani untuk menepuk pundak pimpinan saya dalam menyapa. Sapaan hanya berupa lisan. Dala

Saudara yang menyebalkan

Bertemu dengan keluarga besar sangatlah menyenangkan dan dinanti nantikan oleh sebagian besar orang. Kita yang dipisahkan oleh tempat dan jarak juga perbedaan waktu. Pasti ada suatu kerinduan untuk dapat bertemu, bercakap cakap dan bersenda gurau. Bagaimana kalau pertemuan keluarga itu membawa sesuatu yang menyakitkan dan menyedihkan. Kepedihan yang diakibatkan oleh karena seseorang dari keluarga besar menyakiti hati kita, membuat kita susah dan ketika mendengar kabarnya. Aduh amit amit kok mesti membuat orang jadi susah aja. Dan berbagai macam pernyataan yang akan keluar di hati atau bibir kita. " enggak bisa kah kalau tidak berbuat aneh aneh " atau " kok senang cari gara gara saja sih " Lebih sakit atau enggak enak lagi ketika terkait dengan uang. Entah pinjam uang tidak pernah dikembalikan, menipu kita karena uang, dan sebagainya.  Dan ketika kita relakan uang itu, eh dari saudara kita tidak ada perbuatan yang lebih baik ia lakukan. Saya mengalaminya dengan sa

EFFORT

Effort Artikel ini ditulis dari ketinggian 30.000 kaki menuju ke Jakarta sambil membaca buku Watcha Gonna Do With That Duck ? Karya dari SETH GODIN. Pengarang buku bisnis yang selalu memberikan inspirasi kepada saya untuk bertindak hal baru dan tetap berkomitmen untuk berkembang. Di salah satu artikelnya dalam buku ini adalah soal EFFORT. Yang bisa diterjemahkan sebagai : Perjuangan atau konsistensi untuk melakukan sesuatu. Dimana saya harus banyak belajar. Contoh kasusnya adalah bagaimana menggunakan waktu 120 menit dengan efektif. Mengurangi atau membatasi sosial media, nonton tv dan menggantikannya dengan berolahraga 30 menit, membaca buku non fiksi atau blog selama 30 menit, menggunakan 1 hari bersama dengan orang tersayang (tanpa ada gangguan). Satu hal yang saya pelajari masih susah untuk melakukan hal tersebut di atas. 4 bulan lalu saya bisa setiap hari berolahraga jalan kaki. Setelah musim hujan. Untuk memulai kembali dan menjadi suatu konsisten menjadi sangat sulit kembal

Terobosan di Perusahaan

Ketika menulis artikel ini. Tanggal 17 Mei 2018 ini tepat 14 tahun saya berkarya di perusahaan ini. Perjalanan dari seorang fresh graduate yang merupakan perusahaan pertama bekerja sampai menduduki posisi seorang manager . Kalau bertanya tanya kok betah di perusahaan ini. Jawaban saya karena kebebasan. Kebebasan untuk mengeluarkan ide dan melaksanakan ide tersebut. Bila ide itu tidak berhasil, perusahaan menghargai hal tersebut sebagai pembelajaran . Perusahaan juga menantang untuk berpikir kreatif dan maju ke depan. Membuat breakthrough. Wah enak ya kalau begitu ? Jawabannya Enak dan bertanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap proses dan hasil pekerjaan itu. Dan tetap mematuhi koridor aturan perusahaan yang berlaku. Pimpinan saya selalu mengatakan bila kita mencoba sesuatu. Itu adalah laboratorium kita. Gunakan dengan baik dan benar benar diresapi. Diamati dengan jelas. Seperti layaknya orang berenang. Ya sekalian juga menyelam dan kalau bisa airnya dicoba ditelan. Apa lagi yan

Uang Laki Laki

Ketika masuk dalam dunia keluarga. Sebagai suami dan kepala keluarga,dari pengalaman saya adalah melakukan manajemen keuangan. Keuangan dalam rumah tangga bisa diatur oleh istri atau suami atau berdua. Dan itu disesuaikan dengan perjanjian masing-masing. Dan menurut saya tidak jadi maslaah ketika bisa mengatur keuangan dengan baik. Satu hal yang jadi pengalaman saya adalah sebagai laki laki pasti memiliki keinginan untuk dapat membeli sesuatu untuk memuaskan hasrat kita. Hasrat dalam hobby,  mainan, traveling, dan sebagainya. Boys will be boys. And girls wanna have fun. Sebelum berkeluarga keinginan itu pasti bisa disalurkan. Tetapi ketika berkeluarga akan menjadi hal yang berbeda. Karena keinginan itu akan ditahan karena uangnya dipakai untuk berkeluarga. Dan yang pasti. Jangan ditahan lama lama. Nanti akan kebawa emosi karena tidak ada penyaluran keinginan. Hehehe. Lebih baik dibicarakan saja kepada istri untuk saling mengerti. Entah sampai sekarang saya tidak bisa mengerti dan